MEMBENTENGI AQIDAH AHLUSSUNNAH
Oleh : Buya Yahya
( Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي حبَّب العبادة إلى المتقين، وحبَّب قلوبهم للانشغال بطاعة رب العالمين وجنبهم من البدعة والضلالة, والصلاة والسلام على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين
Oleh : Buya Yahya
( Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي حبَّب العبادة إلى المتقين، وحبَّب قلوبهم للانشغال بطاعة رب العالمين وجنبهم من البدعة والضلالة, والصلاة والسلام على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين
Muqoddimah
Sesuatu
yang paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah
aqidah yang benar. Maka ilmu yang membahas tentang aqidah yang benar adalah
ilmu yang amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yang lainya. Dan diskusi-diskusi
yang diadakan jika hal itu untuk membela dan menjaga aqidah yang benar maka itu
adalah sebaik-baik diskusi. Saat ini kami sungguh sangat berbahagia jika pada
kesempatan ini kami para alim ulama untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan
bagaimana upaya kita untuk menjaga aqidah umat. Kami yakini bahwa kita semua
akan senantiasa dalam lindungan dan pertolongan Allah sesuai janji Allah :
(وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩
“Dan mereka yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku sungguh Aku akan memberi petunjuk kepada mereka”.
Menjaga
aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yang diberikan oleh para ulama kepada
mereka kapan dan dimanapun berada. Lebih-lebih disaat merebaknya fitnah-fitnah
yang menggerogoti aqidah-aqidah seperti yang kita rasakan dan saksikan pada
saat ini. Bahkan ada diantara kita yang sudah keropos aqidahnya namun ia tidak
merasa tergerogoti. Umat islam adalah umat yang besar akan tetapi sering lengah
dengan jumlah yang besar ini sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati
hal-hal yang disusupkan musuh-musuh Allah dalam tubuh umat Islam. Maka dalam
kesempatan pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yang
benar untuk bisa menjadi bekal bagi kita di dalam menegakkan dan menjaga aqidah
umat Islam dunia dan Indonesia khususnya yang alhamdulillah dari generasi ke
gernerasi mereka pada aqidah yang benar yaitu ahlu sunnah wal jamaah.
Pertolongan Pertama di Zaman Fitnah Aqidah
Yang
kami maksud pertolongan pertama di zaman fitnah aqidah ini adalah bagaimana
kita menghadirkan hal terpenting dan mendesak yang dibutuhkan oleh ummat dalam
upaya membentengi aqidah yang benar. Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi
tidak terlalu penting akan teapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena
dari situlah kesesatan akan masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal
sebuah identitas dan yang kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.
1-Mengenal
Sebuah Identitas
Di
dalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar sangat sulit kalau
seandainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan yang sesaat.
Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah identitas diri kebenaran
aqidahnya bisa dengan sangat mudah di jaga dan di kontrol agar seseorang tidak
terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau sesat. Dan hal ini bisa
kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam keseharian mereka mulai dari
tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid secara bersamaan (Asroqolan Atau
Marhabanan) yang sungguh itu semua adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi
ciri khas aqidah yang benar biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih
penting bukan di dalam amaliah-amaliyah tersebut.
Kalau
kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan amaliyah, mereka
lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang seorang muslim awam
ahlu sunnah wal jamaah dengan kualitas aqidahnya yang sudah benar akan tetapi
dia tidak mampu untuk menjelaskan ahlu sunnah wal jamaah dengan panjang dan
lebar dengan pemaparan ilmiyah. Padahal sebetulnya penjabaran makna aqidah ahlu
sunnah wal jamaah secara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh
ulama-ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan
sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.
Cara
penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa disaat fitnah
aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi disaat fitnah aqidah merebak
dimana-mana dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi. Kita harus bisa
mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan disaat
munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah
ahli sunnah wal jamaah. Orang-orang awam pun diam karena tidak tahu kalau
mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak mengenal identitas mereka
sendiri.
Maka
dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara hakikatnya me-mang
kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit dan bukan subtansi
aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam
kondisi men-desak dan darurat kami anggap mengenal iden-titas diri saat ini
amat diperlukan yaitu disaat merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu- pemalsu
aqidah.
Sebab
lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah karena
banyak-nya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlu sunnah. Yang mereka pun
yang meng-gemborkan syi’ar dan slogan ahlu sunnah wal jamaah dan menamakan diri
mereka ahlu sun-nah wal jamaah. Jadi pengenalan identitas ini disaat ini sangat
penting untuk membedakan ahlu sunnah wal jamaah yang sesungguhnya dengan ahlu
sunnah wal jamaah yang palsu. Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu
untuk menjelaskan perbedaan antara ahlu sunnah wal jamaah yang palsu dan yang
ahli sunnah yang sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasan
berikutnya.
Identitas
yang kami maksud adalah:
1. Islam
2. Ahlu sunnah wal jamaah
3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
4. Shufiyyah
5. Pengikut salah satu 4 madzhab
1. Islam
2. Ahlu sunnah wal jamaah
3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
4. Shufiyyah
5. Pengikut salah satu 4 madzhab
Seseorang
yang beraqidah yang benar adalah seorang Muslim, Sunni, Asy’ari, Shufi dan
Bermadhab.
Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran akidah seorang muslim harus dilanjutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlu sunnah wal jamaah .
Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran akidah seorang muslim harus dilanjutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlu sunnah wal jamaah .
Dan
dengan jawaban sebagai muslim ahlu sunnah wal jamaah saja ternyata belum cukup
karena adanya pemalsu-pemalsu ahlu sunnah wal jamaah yang mereka adalah
musuh-musuh ahlu sunnah wal jamaah. Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar bahwa
dirinya adalah pengi-kut ahlu sunnah wal jamaah Asy’ariyah.
Dan
orang yang mengatakan dirinya seba-gai Asy’ariy atau pengikut Imam Abul Hasan
Al Asy’ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yang sepertinya
menga-gungkan Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata mereka adalah musuh-musuh
Abul Hasan Al Asy’ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan yang benar adalah mereka
yang berani mengatakan dirinya adakah pengikut para Ahli Tasawuf (shufiyyah) di
dalam ilmu mendekatkan diri kepada Allah. Maka seorang Asy’ari yang benar
haruslah dia berkeinginan untuk menjadi seorang shufi dan mencintai ahli
Tasawuf .
Termasuk
fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli
tasawwuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai citra
tasawwu.Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasaw-wuf. Adapun tasawuf
adalah ilmu untuk mem-bersihkan hati dalam irama mencari ridho Alloh. Maka
sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawwuf biarpun dia mengaku ahlu-sunnah
dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy’ari.
Dan
yang terakhir adalah identitas ahlu sun-nah wal jamaah di dalam masalah fiqih
mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam Madzhab yang empat Imam
Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Bin Hambal. Dalam bahasa
fiqh kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari imam
4 madhab.
Identitas
terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir ini telah
muncul orang yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah akan tetapi dengan
kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bah-kan hingga sampai
mencaci-maki dan meren-dahkan para ulama-ulama yang bertaqlid. Maka bertaqlid
adalah termasuk ciri aqidah ahlusunnah wal jamaah yang benar.
Maka
orang sesat adalah orang yang mengaku Islam tetapi bukan ahlissunah, membenci
asy’ariyah,membenci tasawwuf dan tidak mau bermadhab.Ini adalah cara pintas
untuk mengenali orang-orang yang beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan
ummat.
2-Manhaj
Talaqqi
Talaqqi
adalah pengambilan ilmu dengan memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan,
keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang semacam ini sangat berarti dalam
irama menjaga dan mengkaji ahlu sunnah wal jamaah yang benar. Disini bukan
berarti seseorang tidak boleh memperluas ilmu dengan cara membaca, akan tetapi
disini lebih ditekankan kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yang
benar yang diambil dari guru yang jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara
dengan akal pikirannya ke berbagai disiplin ilmu atau untuk menelaah
pemikiran-pemikiran aqidah yang berbeda.
Dan
pada dasarnya cara ini sudah mengakar dan membudaya di lingkungan
pe-santren-pesantren salaf yang diasuh oleh para ulama dengan metode sorogan
atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat perkalimat dari awal
hingga akhir. Seperti yang sangat kita sering dengar dengan pengenalan
kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam, Jauharotut tauhid dan yang lainnya
yang secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari aqidah ahlu sunnah wal
jamaah. Maka menjaga mata rantai dan kesinambungan keilmuan seperti ini adalah
sangat penting. Dan dalam pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak
menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku
aqidah para pendahulunya dan cara yang di anut oleh pendahulunya dalam
mengambil lmu.
Ada
3 hal yang amat penting untuk kita cermati dalam masalah manhaj talaqqi
terhadap kerusakan aqidah ahlu sunnah wal jamaah .
1.
Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah yang benar
melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj talaqqi. Dalam hal ini bisa
dibuktikan bahwa jika ada pesantren atau ada lembaga pendidikan yang tidak
berpegang kepada manhaj talaqqi sudah tidak ada lagi maka yang terjadi adalah
mudah tercemar oleh aqidah yang sesat.
2.
Manhaj talaqqi masih di berlakukan akan tetapi itu hanya sekedar pembacaan
rutin tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam. Hal ini akan menjadikan
seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah yang sesat karena disatu sisi
mereka kurang mendalami aqidah yang mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan
bertebaran melalui media-media yang saat ini menjadi lebih dekat kepada
masyarakat seperti televisi, radio dan buletin-buletin yang semua itu lebih
mudah dibaca dengan bahasa lokal yang mudah di fahami seiring berkem-bangnya
dunia tehnologi. Semen-tara penyeru kesesatan pun sangat gigih dalam
menyebarkan kesesatan.
3.
Semangat ingin tahu kepada agama yang tinggi yang tidak dibarengi dengan
bim-bingan seorang guru dan hanya hanya mengandalkan kemampuannya dalam membaca
buku-buku yang ditemukannya di toko-toko buku atau yang dibaca melalui
internet. Hal yang semacam inilah yang kami cermati telah benar-benar
menjadikan aqidah kita semakin hari semakit keropos.
Kita
bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya membuat
radio-radio, mencetak buku-buku murah dan gratis serta selebaran yang dibagi
secara cuma-cuma. Sebagai contoh, di kebanyakan kota kabu-paten penyebar aqidah
sesat itu berusaha untuk mempunyai radio karena mereka yakin dengan adanya
radio mereka bisa mempengaruhi ma-syarakat luas yang sebenarnya dihati mereka
ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama. Dengan membuat stasiun radio ternyata
tanpa kita sadari telah berpengaruh besar terhadap kesesatan.
Justru
kita sebagai pembawa aqidah yang benar kita kurang berfikir maju untuk
me-nguasai media informasi demi membendung arus penyesatan aqidah. Hubungannya
dengan manhaj talaqqi yang kami sebut adalah kita jangan memulai belajar aqidah
kecuali dengan manhaj talaqqi. Dan kita harus berusaha agar media-media yang
ada dan juga toko-toko buku bisa dipenuhi oleh orang-orang yang mem-punyai
aqidah yang benar dan menekuni manhaj talaqqi. Dan jangan membaca buku aqidah
kecuali atas petunjuk guru yang mem-punyai manhaj talaqqi.
Hakekat
Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Ahlu
sunnah wal jamaah adalah manhaj beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama
mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW. Kedua, mereka juga sangat
mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.
Maka
tidak cukup orang mengaku beragama Islam akan tetapi dengan mudah mereka mencaci
para sahabat nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah
model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata ’asyariyah)
dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah mengagungkan ahlu bait Nabi
Muhammad SAW akan tetapi merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Begitu
juga tidak cukup orang mengaku Islam akan tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi
Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah model ini diwakili
mereka mempunyai ciri khas yaitu yang tidak peduli dengan urusan ahlul bait
nabi Muhammad SAW mencoba merendahkan sayyidina Ali bin abi Tholib biarpun di
sisi lain mereka mengakui para sahabat nabi Muhammad SAW . Ringkasnya ahlu
sunnah wal jamaah adalah mereka yang memuliakan ahlu bait dan sekaligus
mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ada
diantara orang-orang yang menga-ku mengagungkan dan memuliakan para saha-bat
Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi mereka punya
penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh dari kitab Allah dan sunnah
Rasululloh SAW yaitu dari kaum jabariah dan qodariyah
Disaat
seperti itu muncullah seorang yang dinobatkan sebagai Imam besar yang telah
berusaha untuk membersihkan aqidah ahlu sunnah wal jamaah yang benar dari unsur
luar dan menjerumuskan. Dan muncullah cetusan-cetusan ilmu aqidah yang benar
yang dari masa ke masa dan menjadi pegangan umat Islam sedunia yaitu aqidah
ahlu sunnah wal jamaah asy’ariyah.
Asy`ariyah
adalah sebuah pergerakan pemikiran pemurnian aqidah yang dinisbatkan kepada
Imam Abul Hasan Al-Asy`ariy. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah
bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H /
975-6 M.
Imam
Al-Asy`ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yang bernama Al-Jubba`i,
seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu`ta-zilah. Sehingga Al-Asy`ari mula-mula
men-jadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau
mendalami paham Mu`ta-zilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang
antara beliu dengan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah. Debat itu
membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`ta-zilah dan beliau pun keluar dari
paham itu dan kembali kepada pemahanan AhliSunnah Wal-jamaah.
Imam
Al-Asy`ari telah berhasil mengem-balikan pemahaman sesat kepada aqidah yang
benar dengan kembali kepada apa yang pernah di bangun oleh para salaf(ulama
sebelumnya) dengan senantiasa memadukan antara dalil nash (naql) dan logika
(`aql). Dengan itu belaiu berhasil melumpuhkan para pendukung Mu`ta-zilah yang
selama ini menebar fitnah ditengah-tengah ummat Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan
sejak berkembangya aliran Asy`ariyah inilah Mu`tazilah berhasil diruntuhkan. Dan kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu
mempunyai peran dalam membela aqidah yang benar aqidah ahlisunnah waljamaah. Dan
terbukti dalam sejarah perkembangan Islam ulama Asya’irohlah yang memenuhi
penjuru dunia. Merekalah ahli sunnah yang sesungguhnya.
Adalagi
pakar aqidah yang semasa dengan Imam Abul Hasan Asy’ari yaitu Imam Abu mansur
Almaturidi. Secara umum tidak ada perbedaan diantara keduanya. Hanya karena
yang tersebar di Indonesia maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah.
Wallohu a’lam bishshowab
Wallohu a’lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar