Doa Penyembuh Sakit di Badan
(oleh Ust. Yusuf Mansur dan Ust. Mahmud
asy-Syafrowi)
Tentu kita
semuanya pernah mengalami sakit dan kita tak bisa lepas sama sekali dari
penyakit, karena sakit adalah sunnatullah. Tak ada orang yang sehat terus-menerus tanpa pernah menemui sakit.
Jika kita
menderita sakit, maka dianjurkan untuk
melakukan pengobatan dangan cara ruqyah syar’iyyah (pengobatan
secara syar’i).
v Diriwayatkan dari ‘Aisyah Ra.,
ia berkata: “Apabila ada salah seorang di antara kita yanng sakit, maka
Rasulullah Saw mengusap orang itu dengan tangan kanannya sambil berdoa.” (HR.
Muslim).
v Imam an-Nawawi berkata: “Adapun ruqyah dengan ayat-ayat Al-Quran
dan dzikir-dzikir yang terkenal, maka tidak ada larangan padanya, bahkan ia
termasuk sunnah.”
v Imam Ibn Taimiyah berkata: “ Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan
yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para Nabi dan orang-orang shalih.”
Baca dan
amalkan doa ruqyah seperti yang diterangkan dalam hadits-hadits di bawah ini.
1. Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abi ‘Ash Ats-Tsaqofi Ra. Bahwa
Rasulullah Saw bersabda: “Letakkan tanganmu pada anggota yang sakit dari
tubuhmu dan ucapkanlah sebanyak 3 kali:
بِسْمِ
ﷲِ
Bismillaah
“Dengan menyebut nama Allah”
Dan
ucapkanlah sebanyak 7 kali:
أَعُوْذُ بِاللّٰهِ
وَقُدْرَ تِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَ أُحَاذِ رُ
A’uudzu billaahi waqudrotihi min syarri maa ajidu
wauhaadziru
“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan
(sakit) yang aku dapati dan takuti.”
Rawi
hadits (Utsman bin Abi ‘Ash) berkata , “Maka aku melakukan itu, lalu Allah
menghilangkan apa yang menimpaku (sakit). Aku selalu memerintahkan keluargaku
dan lainnya dengannya (doa ruqyah).” (HR. Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban).
2.
Diriwayatkan dari Muhammad bin
Hathib al-Jumahi, dari ibunya, Ummu Jamil binti al-Jalal, ia berkata, ”Aku
datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai di Madinah semalam
atau dua malam, aku hendak memasak untuknya, tetapi kayu bakar habis. Aku pun
keluar untuk mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling
menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata,
‘Kupertaruhkan engkau dengan ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin
Hathib.’ Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu.
Beliau Saw masih meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:
أَذْهِبِ
الْبَأْسَ رَبِّ النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِيْ، لَا شِفَآءَ إِلَّا
شِفَآؤُكَ، شِفَآءً لَا يُغَادِ رُ سَقَمًا
Adz-hibilba’sa robbinnaasi wasyfi antasysyaafii laa
syifaa-a illa syifaa-uka syifaa-an laa yughoodiru saqomaa
“Hilangakan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah,
Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhan-Mu, kesembuhan
yang tidak meninggalkan penyakit.”
Dia
(Ummu Jamil) berkata: Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi beliau Saw,
kecuali tanganmu telah sembuh.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Mundah dan Abu
Na’im).
3.
Diriwayatkan dari Abi Sa’id
al-Khudry Ra., bahwasanya Jibril As. pernah mendatangi Nabi Saw lalu berkata,
“Hai Muhammad, kamu mengaduh (sakit)?” Beliau menjawab, “Ya.” Jibril As.
mengucapkan:
بِسْمِ ﷲِ أُرْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ مِنْ
شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ، اَللّٰهُ يُشْفِيْكَ بِاسْمِ
ﷲِ أُرْفِيْكَ
Bismillaah
urqiika min kulli syai-in yu’dziika min syarri kulli nafsin au’ainin haasidin,
Alloohu yusyfiika, bismillaahi urqiika
“Dengan
menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mnyakitimu, dari
kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki. Allah menyembuhkanmu, dengan nama
Allah aku meruqyahmu” (HR. Muslim).
Doa-doa ruqyah ini bisa digunakan untuk semua jenis penyakit. Imam
An-Nawawi dalam Syarah Muslim berkata, “Maksudnya, ruqyah bukan berarti
hanya dibolehkan pada tiga penyakit tersebut. Namun maksudnya bahwa beliau Saw
ditanya tentang tiga hal hal itu, dan beliau membolehkannya. Andai beliau
ditanya tentang yang lain, niscaya beliau akan mengizinkannya pula. Sebab
beliau sudah memberi isyarat buat selain tiga keluhan tadi.”
Cara Mengamalkan
Dalam prakteknya, ruqyah bisa dilakukan oleh diri kita sendiri atau
melalui bantuan orang lain. Diternagkan dalam hadits dari ‘Aisyah Ra. ia
berkata, “Jika beliau Saw mengaduh (sakit), maka beliau membacakan untuk
dirinya al-Mu’awwidzatain lalu meniupkakn. Tatkala sakitnya parah, maka
aku membacakan untuknya dan aku mengusap dengan tangan beliau karena berharap
keberkahannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah).
Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan saat meruqyah.
·
Mengikhlaskan
niat dan menghadapkan diri pada Allah saat membaca dan berdoa.
·
Meniup
pada bagiab tubuh yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah. Caranya,
dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya
tentang tiupan Nabi Saw dalam meruqyah. Ia menjawab, “Seperti tiupan orang yang
makan kismis, tidak ada air ludahnya (yanag keluar).” (HR. Muslim).
Atau
bolelh pula tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar as-Salithi, tatkala ia meruqyah
seseorang yang gila, ia mengatakn, “Maka aku membacakan al-Fatihah padanya
selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku menyelesaikannya, aku
kumpulkan air liurku dan a ku ludahkan. Dia seolah-olah lepas dari sebuah
ikatan.” (HR. Abu Daud).
·
Tidak
mengapa meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya.
·
Mengusap
bagian yang sakit atau orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini
berdasarkan hadits ‘Aisyah Ra., ia berkata, “Rasulullah Saw tatkala dihadapkan
pada seseorang yang mengeluh kesakitan, beliau mengusapnya dengan tangan kanan.
. .” (HR. Muslim).
·
Apabila
penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila,
dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan
ruqyah di hadapan penderita. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin Ka’b, ia berkata,
“Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukannya di hadapan Beliau Saw. Maka
aku mendengar beliau membentenginya dengan surah al-Fatihah.”
Wallohu a’lam bishshowab.
Sumber
: Buku “Doa-Doa Kunci Keselamatan, Tolak Bala’ dan Bencana” karya Ust. Yusuf Mansur dan Ust. Mahmud asy-Syafrowi. Diterbitkan oleh Intuisi
Press tahun 2012